Minggu, 25 Oktober 2009

My Story bag.1

Sebenarnya rasa sesak di dada ini sudah lama mendera, namun terus kutahankan. Meski aku tak tahu sampai kapan akan seperti ini. Aku hanya berharap akan lebih sabar dari gunung berapi yang akhirnya menumpahkan laharnya setelah lama disimpan.
Ahhhh... seandainya dulu aku ikhlas mencintai, maka saat ini aku takkan sendiri. Sendiri dalam kelemahan diri yang dibungkus dengan rapi menggunakan sikap yang tegar dan santai, seolah-olah semuanya hanyalah omong kosong dan menjadikan cinta seolah-olah hanyalah alat untuk menikmati hidup yang sangat singkat ini.
Fitri... seandainya aku ingin memilikimu karena dirimu dan bukan karena akhlakmu, mungkin kemarin akulah yang duduk di pelaminan itu bersamamu. Berijab kabul, mengucapkan ikrar disaksikan semua insan di bumi ini, disaksikan alam ini, dan disaksikan Sang Pemilik Kehidupan ini... tapi sayangnya bukan aku, tapi orang lain, entah siapa. Karena aku tak peduli lagi.
Fitri... seandainya sedikit saja kau tunjukkan padaku bahwa kau yakin dengan agamamu, agama kita... dan tak hanyut dalam pergaulan yang tak memberikanmu apa-apa selain cela bagi dirimu, keluargamu dan agamamu, maka aku takkan disibukkan dari segala macam niat untuk mendapatkan dirimu dan menyelamatkanmu dari pergaulanmu itu.
Fitri... sekarang aku sadar bahwa segala yang telah kulakukan untukmu dan yang kulakukan untuk diriku sendiri adalah sia-sia belaka, tanpa manfaat, percuma... biasakah kau rasakan benci pada diriku sendiri?? atas semua langkah yang telah kuambil untuk mendapatkanmu??
Sesungguhnya aku merasa telah hancur luluh lantak oleh perasaan yang tak bernama, dan aku tersiksa karenanya. Apakah kau memahami itu? aku yakin tidak. Sebab untuk apakah kau memahami itu??
Semula aku yakin bahwa aku telah menipu cinta.. tapi ternyata akulah yang tertipu. Rasa marah ini selalu bergolak, meminta haknya untuk ditumpahkan, tapi aku terus menahannya, menenangkannya agar tak menghancurkan siapa pun. Biarlah cukupku yang hancur.
Fitri... semoga tak kau gadaikan akhlakmu untuk sesuatu yang hanya sementara, yang suatu ketika akan hilang meski ajal tak menjemput.
Fitri... semoga tak kau gadaikan akhlakmu sebab karena itulah aku ingin memilikimu.
Fitri... semoga tak kau gadaikan akhlakmu sebab karena itulah aku selama ini merana dalam penantian hadirmu.
Fitri... semoga tak kau gadaikan akhlakmu sebab karena itu aku hancur.

Tidak ada komentar: